Selasa, 22 September 2015

1. Latar belakang pemikiran

Berdirinya himpunan mahasiswa islam (HMI) diprakarsai oleh Larfan Pane, seorang mahasiswa STI (Sekolah Tinggi Islam), kini UII (Universitas Islam Indonesia) yang masih duduk di tingkat I. Tentang sosok Lafran Pane,dapat di ceritakan secara garis besarnya antara lain bahwa pemuda Lafran Pane lahir di Sipirok Tapanuli Selatan, Sumatra utara. Pemuda lafran pane yang tumbuh dalam lingkungan nasionalisme muslim pernah mengenyam di pendidikan pesantren, ibtidaiyah, wusta dan sekolah muhamadiyah.
Adapun latar belakang pemikiran dalam pendirian HMI adalah : "Melihat dan menyadari bahwa kehidupan manusia dan mahasiswayang beragama islam pada waktu itu, yang pada umumnya belum memaham dan mengamalkan ajaran agamanya. Keadaan yang demikian adalah akibat dari system pendidikan dan kondisi masyarakat pada waktu itu. Karena itu perlu di bentuk organisasi untuk merubah kondisi tersebut.organisasi magasiswa ini harus mempunyai kemampuan untuk mekikuti alam pemikiran mahasiswa yang selalu menginginkan inovasi atau pembaharuan dalam segala bidang, termasuk pemahaman dan penghayatan agamanya, yaitu agama islam. Tujuan tersebut tidak akan dilaksanakan kalau NKRI tidak merdeka, rakyatnya melarat. Maka organisasi ini harus turut mempertahankan Negara Republik Indonesia kedalam dan keluar, serta ikut memperhatikan dan mengusahakan kemakmuran rakyat.

2. Peristiwa Bersejarah 5 Febuari 1947

Setelah melakukan beberapa kali mengadakan pertemuan yang berakhir pada kegagalan. Lafran pane mengadakan rapat tanpa undang, yaitu mengadakan pertemuan secara mendadak yang mempergunakan jam kuliah tafsir. Ketika itu hari rabu 14 rabiul awal 1366, bertepatan pada 5 febuari 1947, di salah satu ruang kuliah STI di Jalan Setiodiningrat (sekarang panembahan senopati), masuklah mahasiswa lafran pane yang dalam perangkatnya dalam memimpin rapan antaralain mengadakan "Hari ini adalah pembentukan organisasi mahasiswa islam, Karena persiapan yang di perlukan sudah beres. Yang mau HMI sajalah yang mau di ajak mendirikan HMI, dan yang menentang biarlah dia menentangtoh tanpa mereka organisasi ini bias berdiri dan berjalan".

3. Tujuan berdirinya HMI

Pada awal pembentukan HMI bertujuan diantaranya sebagai berikut:
a. Mempertahankan NKRI dan mempertinggikan derajat rakyat Indonesia
b. Menegakkan dan megembangkan ajaran agama islam.

4. Tokoh-tokoh himpunan mahasiswa islam (HMI)

Tokoh-tokoh pemula / pendiri HMI antara lain:
a. Lafran pane (Yogya)
b. Karnoto Zarkasyi (Ambarawa)
c. Dahlan Husein (Palembang)
d. Maisaroh Hilal (Singapura)
e. Suwali
f. Yusdi Ghozali (Semarang)
g. Mansyur
h. Siti Zainah (Palembang)
i. Hasan Basri
j. Marwan
k. Zulkarnan
l. Tayib Razak
m. Toha Mashudi (Malang)
n. Baidron Hadi (Yogya)

5. Faktor pendukung berdirinya himpunan mahasiswa islam (HMI)

a. Posisi dan arti kota Yogyakarta
• Yogyakarta sebagai ibukota NKRI dan kota perjuangan
• Pusat gerakan islam
• Kota universitas/ kota pelajar
• Ppusat kebudayaan
• Terletak di central of java

b. Kebutuhan penghayatan dan keagamaan mahasiswa
c. Adanya tuntutan perang kemerdekaan bangsa Indonesia
d. Adanya STI (Sekolah Tinggi Agama Islam), BPT (Balai Perguruan Tinggi)
e. Gajah mada, STT (Sekolah Tinggi Tehnik)
f. Adanya dukungan presiden STI Prof. Abdul Kahar Muzakir
g. Umat islam Indonesia mayoritas

6. Fase-fase perkembangan himpunan mahasiswa islam (HMI) dalam perjuangan bangsa Indonesia

a. Fase konsilidasi perkembangan spiritual (1946 - 1947)
Sudah diterangkan di atas.

b. Fase pengkokohan (5 febuari 1947 – 30 november 1947)
Selama kurang lebih 9 (Sembilan) bulan, reaksi-reaksi terhadap kelahiran HMI barulah berakhir. Masa Sembilan bulan itu di pengaruhi untuk menjawab berbagai reaksi dan tantangan yang dating silih berganti, yang kesemuanya itu saling mengokohkan eksistensi HMI sehinga dapat berdiri tegak dan kokoh.

c. Fase Perjuangan Bersenjata (1947-1949)

Seiring dengan tujuan HMI yang di gariskan sejak awal berdirinya, maka konsekuensinya dalam masa perang kemerdekaan, HMI terjun kegelangangan pertempuran melawan agresi yang di lakukan oleh belanda, membantu pemerintah baik memegang senjata bedil dan bamboo runcing, sebagai setaff, penerangan, penghubung. Untuk menghadapi pemberontak di Madiun 18 september 1948, Ketua PPMI / Wakil ketua PBHMI Ahmad Tirtosudiro membentuk corps mahasiswa (CM), dengan komandan hartono dan wakil komandan Ahmad Tirtosudiro, ikut membantu pemerintah pemberontakan PKI di Madiun. Dendam serta benci itu Nampak sangat menonjol pada tahun 1964-1968, di saat menjelang meletusnya G30 S / PKI.

d. Fase pertumbuhan dan perkembangan HMI (1950-1963)

Selama para kader HMI yang terjun ke gelengang pertempuran melawan pihak pihak aggressor, selama itu pula pembina organisasi terabaikan.namun hal seperti itu di lakukan secara sadar, karena itu semua meliarisir tujuan dari HMI sendiri. Serta dwi tugasnya yakni tugas agama dan tugas bangsa. Maka dengan adanya penyerahan kedaultan rakyat tanggal 27 desember 1949, mahasiswa yang berniat untuk melanjutkan kuliahnya ermunculan di Yogyakarta. Sejak tahun 1950 dilakukan konsilidasi internal organisasi. Disadari bahwa konsilidasi organisasi adalah masalah besar sepanjang masa. Bulan juli 1951 PB HMI dipisahkan dari Yogyakarta ke Jakarta.

e. Fase tantangan (1964-1965)

Dendam sejarah PKI kepada HMI merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi HMI. Setelah agitasi-agitasinya berhasil membubarkan masyumi dan GPII, PKI menganggap HMI adalah kekuatan ketiga umat islam. Begitu bersemangatnya PKI dan simpatinya dalam membubarkan HMI, terlihat dalam segala aksi-aksinya, mulai dari hasuran, fitnah propaganda hingga aksi-aksi rill beruba penculikan dan sebagainya. Usaha-usaha yang gigih dari kaum komunis dalam membubarkan HMI ternyata tidak menjadi kenyataan, dan sejarahpun telah membeberkan dengan jelas siapa yang kontra revolusi, PKI dari puncak aksi pada tanggal 30 september 1965 telah membuatnya sebagai salah satu organisasi terlarang.

f. Fase kebangkitan HMI sebagai pelopor orde baru (1966-1968)

Senin, 21 September 2015

Bentuk           : Bundar
Warna            : Bagian atas hijau dan hitam
                         berbanding sama besar
                         (dilihat dari depan hitam sebelah kiri)
Isi                    : Lambang HMI sepenuhnya.


Baret HMI
Ukuran           : Hitam dan hijau dalam
                         perbandingan yang seimbang
Pemakaian    : Dilakukan pada leher
                          dan dipakai pada acara-
                          acara yang bersifat
                          ekstrim (umum)
Lambang/Lencana : digantungkan pada
                                    ujung selempang dengan
                                    ukuran yang seimbang





Gordon/Selempang HMI
Ukuran     : Untuk PB HMI 200 x 150 cm
                   Untuk BADKO HMI 180 x 135 cm
                   Untuk HMI Cabang 160 x 120 cm
Isi              :
         - Lambang HMI
         - Nama tingkat kepengurusan
         - Alamat
Warna      :
         - Dasar Papan : Hijau
         - Tulisan : Putih
Bentuk           : empat persegi panjang
Ukuran           : 9.5 x 6.5 cm
Warna            : Kertas (dasar) : putih,
                          tulisan : hitam
Isi                    : Halaman muka :
a.    Lambang HMI sebelah kiri atas
b.    Tulisan kartu anggota dan nama
Cabang sebelah tengah atas
c.    Kalimat syahadat, sebelah bawah dan dikurung dengan segi empat
d.    Nomor anggota
e.    Masa berlaku
Halaman belakang
a.    Nama
b.    Tempat/Tanggal Lahir
c.    Alamat
d.    Perguruan Tinggi/Komisariat
e.    Jenis Kelamin
f.     Jabatan
g.    Pas Foto, sebelah kiri bawah (ukuran 2 x 3)
h.    Tanggal pembuatan
i.      Pengurus HMI Cabang yang membuat (ditandatangani langsung)


Kartu Anggota HMI
Bentuk           : Perbandingan berimbang
Warna            : bagian atas : hitam dan      
             hijau (hitam sebelah kanan,
                        hijau sebelah kiri).
Bagian samping kiri : hijau : hitam (1 : 2)
Bagian samping kanan:hijau : hitam(2:1)
Bagian samping kiri diberi pita warna putih : panjang setinggi muts dan lebar 3.5 cm dan guntingan 17 helai.


Muts/Peci HMI
Bentuk     : Oval Garis
                    Ditengah lambang HMI
        Separuh sebelah bawah
       nama badan
.
Warna      : Hijau.


Stempel HMI
Bentuk     : Panjang : Lebar = 3 : 2
Warna      : Hijau dan Hitam dalam
                   perbandingan yang seimbang
.
Isi             :  Lambang HMI sepenuhnya .



Bendera HMI



Lencana adalah lambang HMI yang pemakaiannya di baju, oleh karena itu gambar, ukuran, bentuk warna, dan isinya sama persis dengan lambang HMI.
 

Oleh: Bambang Riyanto.
Hanya tersedia satu jenis minuman di tengah lingkaran: air sirup pandan yang diisi potongan semangka. Gorengan tahu, tempe dan bakwan seadanya jadi pelengkap menu pembuka. Kadang, kalau ada dermawan bermurah hati, sehabis salat maghrib berjamaah tersedia juga menu ‘berat’ nasi bungkus, yang lauk pauknya juga tak mewah.
Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU)  yang duduk melingkar  kelihatan sudah tak sabar menyantap menu sederhana itu. Waktu berbuka pun tiba. Tanpa dikomando, satu di antara mereka masuk ke pelantang musala untuk mengabarkan tanda berbuka sudah masuk. Sontak mahasiswa yang duduk melingkar  tadi mengadahkan tangan, komat-kamit membaca doa berbuka puasa.
Pengurus HMI Kom's FIB USU sedang berbuka





“Alhamdulillah,” kata seorang mahasiswa usai menyeruput sirup dan menyantap gorengan di depannya. Ia bersyukur atas nikmat berbuka di musala Al-Iqbal Fakultas Ilmu Budaya (FIB) USU itu. Ritual berbuka pun usai, mereka kemudian salat magrib berjamaah. Biasanya, kalau ada nasi bungkus, sehabis salat mereka duduk melingkar lagi, menyantap makanan berat.
Sehabis makan nasi, mahasiswa putra dan putri yang berjumlah 30-an itu kemudian melaksanakan salat tarawih berjamaah. Imamnya mahasiswa, yang mengisi tausiah juga mahasiswa. Sehabis tarawih,  masing-masing mereka kemudian membuka Alquran, membaca ayat demi ayat hingga malam mulai larut. Bila  mata mulai berat karena kantuk, mereka kemudian pulang ke kos atau asrama masing-masing.
Begitulah gambaran kegiatan Ramadan di Kampus (RdK) yang sudah tujuh hari dilaksanakan mahasiswa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Budaya (FIB)  USU. Kesederhanaan yang terlihat, sesungguhnya kemewahan tersendiri bagi para mahasiswa yang Ramadan kali ini tidak bisa pulang kampung.   
Ramadan, selain sebagai momentum untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, bulan penuh ampunan ini juga sering dimanfaatkan sebagai  momen mendekatkan diri kepada keluarga. Santap sahur dan berbuka bersama di rumah, jadi ajang membangun komunikasi. Namun, hal itu nampaknya tidak bisa dirasakan oleh mahasiswa perantauan yang menimba ilmu  di Kampus USU.
Jauh dari rumah dan sanak famili membuat mahasiswa perantauan harus survive: menyiapkan menu sahur dan berbuka seorang diri. Beruntung, di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) USU, pengurus  HMI berinisiatif menggelar RdK. Sudah tujuh hari program itu berjalan, antusiasme mahasiswa mengikuti kegiatan ini cukup tinggi.
Ketua HMI Komisariat FIB USU, Fadda Helmi Attamry mengatakan, kegiatan RdK setelah di tahun sebelumnya ditiadakan, pada tahun ini kembali digelar. Kegiatan ini berpusat di Musala Al-Iqbal FIB USU. Setiap harinya, pengurus HMI menyediakan makanan dan minuman pembuka. “Semua mahasiswa boleh datang, bahkan mahasiswa yang tidak beragama Islam juga turut meramaikan. Dosen dan pegawai juga ikut bersama duduk dalam lingkaran untuk berbuka puasa,” kata Fadda.
M Ardiyansyah, mahasiswa perantauan asal Sibolga mengaku senang dengan kegiatan RdK. “Bagi mahasiswa perantauan seperti kami, kebersamaan seperti ini sangat kami rindukan. Dengan adanya kegiatan RdK, selain ibadah dapat, silaturahmi juga berjalan. Konsolidasi antar mahasiswa terjalin erat,” kata mahasiswa semester  VI itu.
Foto bersama setelah melaksanakan buka bersama bersama mahasiswa FIB USU
Bahkan, Ali Akbar Harahap, yang berkuliah di STMIK Trigunadarma juga cukup antusias mengikuti RdK HMI Komisariat FIB USU tersebut. Baginya, kegiatan seperti ini sangat bermanfaat. Setiap kampus atau fakultas harusnya membuat program yang sama. “Dengan kegiatan ini, kami mahasiswa perantauan juga cukup terbantu secara ekonomi. Dengan buka bersama ini, kami bisa hemat Rp20 ribu per harinya,” kata Ali yang merupakan perantauan asal Padanglawas.
Ketua Panitia RdK, Nadila Amelia mengatakan panganan berbuka itu dibeli dari uang kas HMI Komisariat FIB USU yang berasal dari sumbangan pengurus, alumni dan senioran. “Untuk minumnya, kami (Kohati) membuat sendiri,” kata Nadila yang didampingi Putri Nurmawati.
Ramadan di kampus ala mahasiswa, yang penuh kesederhanaan namun sarat manfaat dan makna itu perlu terus konsisten dilakukan. Sebab, kegiatan religius di kampus USU itu  dapat memberi warna tersendiri, dan lebih dari itu,  kegiatan RdK  juga mampu memupuk rasa persaudaraan di kalangan mahasiswa.

FIB-USU. Yakusa (Yakin Usaha Sampai) itulah jargon yang selalu terdengar ketika acara pelantikan ketua HMI komisariat FIB USU. Fadda Helmi Lubis, mahasiswa semester VII Jurusan Sastra Arab terpilih sebagai ketua HMI periode 2014-2015.
Pelantikan ini dilaksanakan Rabu (10/12) di Aula Serbaguna Fakultas Ilmu Budaya USU dengan tema “Bersama HMI Bangun Kembali Rumah Kita, Dari Kita Untuk Kita Menuju Kejayaan” . Dihadiri perwakilan dari Dekan FIB USU. Bapak Dr. Ridwan Hanafi, M.A. beliau juga sebagai pencetus pertama kalinya komisariat HMI di Fakultas llmu Budaya ini.
Hampir terisi semua kursi-kursi yang ada di gedung serbaguna, peserta yang hadir 200 orang terdiri dari mahasiswa Fakultas FIB dan Fakultas di lingkungan USU, disamping itu dihadiri juga ketua HMI Cabang Medan Bapak. Mirza Zamzami.
Penyerahan berkas dari ketua demisioner Andi wiranata (dua dari kiri) kepada ketua terpilih Fadda Helmi dengan disaksikan oleh Ketua Umum HMI Cabang Medan Mirza Zamzami (kiri) dan Alumni HMI Komisariat FIB USU Dr. Ridwan Hanafiah (kanan)


HMI adalah organisasi kemasyarakatan atau kepanjanagn dari “Himpunan Mahasiswa Islam” organisasi ini sudah lama berdiri di Indonesia dan sudah banyak mencetak kader-kader yang berpotensi khususnya